Konsepsi Budaya dan Kesusastraan

Apa itu Budaya dan Sastra ?


Budaya merupakan suatu cara hidup yang terbentuk dari banyak unsur yang rumit (agama, politik, adat istiadat, bahasa, seni, dll) dan berkembang pada sebuah kelompok orang atau masyarakat. Budaya sering kali dianggap warisan dari generasi ke generasi dan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.

Kesusastraan berasal dari kata "susastra" mendapat imbuhan ke-an, susastra sendiri berasal dari gabungan kata "su" yang berarti baik, dan "sastra" yang berarti tulisan. Jadi, "susastra" berarti tulisan yang baik. Kesusastraan Indonesia memiliki arti jamak yang meliputi semua hal sastra Indonesia. Menurut definisi Usman Effendi, kesusastraan ialah "semua ciptaan manusia dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan yang dapat menimbulkan rasa keindahan (bagus)." Secara umum kesusastraan Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

1. Kesusastraan lisan, yaitu karangan/ ciptaan yang diwujudkan dalam bentuk bahasa lisan.

2. Kesusastraan tertulis, yaitu karangan/ ciptaan yang diwujudkan dalam bentuk bahasa tulis. 

Budaya dan sastra mempunyai ketergantungan satu sama lain. Sastra sangat dipengaruhi oleh budaya, sehingga segala hal yang terdapat dalam kebudayaan akan tercermin di dalam sastra. Masinambouw mengatakan bahwa sastra (bahasa) dan kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. Jika kebudayaan adalah sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, bahasa (sastra) adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya suatu interaksi.






Ada berbagai teori mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan. Ada yang mengatakan bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi ada pula yang mengatakan sebaliknya, namun mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga tidak dapat dipisahkan. Ada yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan, sehingga segala hal yang ada dalam kebudayaan akan tercermin didalam bahasa, dan pendapat sebaliknya bahwa bahasa dipengaruhi kebudayaan dan cara berpikir manusia atau masyarakat penuturnya.

Dalam analisi semantik, abdul chaer mengatakan bahwa bahasa itu bersifat unik dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan budaya masyarakat pemakainya, maka analisis bahasa suatu bahasa hanya berlaku untuk menganalisis bahasa itu saja tidak dapat digunakan untuk menganalisi bahasa lain.

Dengan demikian hubungan bahasa dan kebudayaan seperti anak kembar siam , dua buah fenomena sangat erat sekali bagaikan dua sisi mata uang , sisi yang satu sebagai sistem kebahasaan dan sisi lain sebagai sistem kebudayaan.

Dengan asal usul yang demikian, kiranya dapat dipahami jika cakupan Sastra dan Budaya menjadi sangat luas dan sulit dibatasi, karena yang menjadi objek kajiannya adalah budaya atau perikehidupan manusia itu sendiri. Namun demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa Kajian Sastra dan Budaya bertujuan menelaah, memahami, dan menganalisis kekuatan-kekuatan yang bermain dalam kehidupan kita sehari-hari: bagaimana makna diproduksi, direproduksi, dan diedarkan; bagaimana identitas individu dan kelompok dikonstruksi dan diorganisir, dan oleh apa;  bagaimana pengalaman direpresentasikan dan bagaimana representasi-representasi itu memproduksi, mereproduksi dan mengedarkan makna serta memengaruhi konstruksi identitas; apa dan bagaimana peran agen (agency) dalam relasi kekuasaan yang kompleks, dan seterusnya. Pemahaman akan hal-hal tersebut diharapkan akan dapat mencerahkan, mengemansipasi, dan memberdayakan para pengkajinya dalam mengarungi kehidupan modern yang semakin rumit ini.

Sumber :
http://siti-masitoh-sk13.blogspot.com/2014/03/hubungan-sastra-dan-budaya.html#:~:text=Budaya%20dan%20sastra%20memunyai%20ketergantungan,sistem%20yang%20melekat%20pada%20manusia.
http://belajarbahasa-bahasaindonesia.blogspot.com/2012/06/kesusastraan-pengertian-dan.html?m=1
https://equshay.wordpress.com/2012/09/15/apa-itu-kajian-sastra-dan-budaya/

Comments